Pages

Thursday, January 15, 2015

DILEMATIS JUMLAH ANAK TANGGA DALAM SEBUAH RUMAH

DILEMATIS JUMLAH ANAK TANGGA DALAM SEBUAH RUMAH

Jumlah Anak Tangga: Keberuntungan atau Estetika?
Oleh: Djulianto Susantio
Pemerhati Seni Oriental, di Jakarta

“Coba saya hitung jumlah anak tangganya: 1, 2, 3,…18. Wah, kurang bagus, kelebihan satu. Sebaiknya jumlah anak tangga adalah 17. Untuk menyiasatinya, anak tangga pertama diperlebar. Jadi seolah-olah selasar,” begitu sang ahli feng shui, Akino W. Azzaro, memberi pendapat sekaligus solusi, sebagaimana tayangan sebuah stasiun televisi swasta akhir Agustus 2006 lalu.
Masalah tangga ditinjau dari sudut feng shui ternyata tidaklah sesederhana sebagaimana perkiraan banyak orang. Ada aturan-aturan tertentu dalam feng shui yang ditujukan untuk memberikan keberuntungan kepada seluruh penghuni rumah. Banyak pakar feng shui percaya, anak tangga yang membawa keberuntungan berjumlah kelipatan 5 plus 1 atau 2. Dalam feng shui dikenal sebagai Pola 5.
Pola ini berjalan dengan siklus hidup, senang, susah, sakit, mati atau hidup, panjang umur, susah, mati, menderita. Dengan demikian anak tangga yang baik haruslah jatuh pada siklus hidup, senang, atau panjang umur. Jika diterjemahkan ke dalam angka, maka anak tangga keberuntungan berjumlah 6, 7, 11, 12, 16, 17, 21, 22, dst. Pola seperti ini paling banyak dipakai di Indonesia.
Sedangkan menurut seorang pengamat perumahan, Teguh Senoadji, jumlah anak tangga yang sesuai feng shui adalah kelipatan 5 plus 1 atau 3, misalnya 16, 18, 21, dan 23. “Para praktisi feng shui percaya jika jumlah anak tangga masih sisa 1 atau 3, apabila dibagi dengan 5, maka rezeki tidak akan habis dimakan. Artinya, selalu ada sisa. Dalam hal ini sama dengan penghasilan yang tidak akan habis, malah akan ada tabungan,” begitu alasannya (Kompas, 28/1/2005).
Kebingungan kita adalah karena menurut Azzaro, jumlah 18 kurang bagus. Sebaliknya menurut Senoadji, justru bagus. Pendapat siapakah yang harus kita ikuti? Di pihak lain, feng shui juga mengenal Pola 3 dan Pola 4. Pola 3 berjalan dengan siklus emas, perak, mati. Sementara Pola 4 nasib baik, kemakmuran, nasib buruk, kegagalan.
Pola 3 dan Pola 4 sering dipakai secara bersamaan. Intinya adalah anak tangga tidak boleh jatuh pada mati, nasib buruk, atau kegagalan. Namun Pola 3 dan Pola 4 sangat jarang dipakai di Indonesia.
Energi chi banyak praktisi atau konsultan feng shui yang umumnya berpendidikan Teknik Sipil atau Teknik Arsitektur, sering kali tidak memersoalkan jumlah anak tangga. Berapa pun tetap dianggap bagus, asalkan memenuhi kriteria estetika, kenyamanan, dan keamanan. Misalnya saja, mempunyai pegangan yang kokoh, cukup cahaya, tidak curam, tidak licin, tidak sempit, dan undakannya tidak terlalu tinggi. Dengan demikian tidak berbahaya bagi anak-anak kecil dan orang-orang tua.
Anak tangga dan tangga, sebenarnya memiliki makna tersendiri. Menurut perspektif feng shui, tangga adalah penghubung energi chi lantai bawah dengan chi lantai atas. Apabila tangga ditempatkan pada posisi yang tepat, maka keharmonisan yang baik akan mengikutinya. Sebaliknya, apabila tangga ditempatkan pada posisi yang buruk, maka tangga akan membuang chi sehingga penghuni rumah akan kehilangan kebahagiaan dan keberuntungan.
Tangga sering dipandang sebagai sumber energi negatif. Ini karena tangga adalah sebuah lubang besar di dalam bangunan. Dibandingkan masalah lain, masalah tangga memang agak sulit diatasi secara feng shui karena menyangkut struktur dan sirkulasi vertikal yang digunakan setiap saat.
Praktisi atau konsultan feng shui dari kalangan teknik biasanya memerhatikan berbagai teori feng shui dalam perancangan suatu bangunan. Metode Delapan Rumah, salah satu aliran dalam feng shui, mengemukakan sebaiknya tangga diletakkan pada sektor negatif dari kepala keluarga. Sektor ini dicari melalui perhitungan angka kua berdasarkan data kelahiran kepala keluarga atau pencari nafkah utama dalam rumah tersebut.
Secara Metode Bintang Terbang, tangga yang ideal harus terletak di sektor yang terdapat bintang yang bagus. Baik buruknya bintang tergantung dari angka-angka yang menghuni sektor tersebut. Angka-angka ini (1 hingga 9) diperoleh melalui pengukuran kompas terhadap arah hadap rumah atau arah hadap pintu utama (Ir. Sidhi Wiguna Teh, 2005).
Bentuk tangga pun, kata Teh, harus memungkinkan energi mengalir dengan lembut di antara kedua lantai bangunan. Selain itu mempunyai penghentian yang cukup luas sehingga memungkinkan energi melambat sebelum masuk ke ruangan-ruangan yang ada dan memungkinkan percahayaan alami masuk ke dalam rumah.

Ruang bawah tangga
Keberadaan ruang bawah tangga, juga tak lepas dari segi feng shui. Selama ini banyak ruang bawah tangga dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, seperti gudang, rak sepatu, rak buku, dsb. Banyak artikel, terutama di rubrik “Klasika” Kompas mengupas bagaimana cara menyiasati ruang yang kosong itu. Memang ruang-ruang kosong itu dapat dimanfaatkan untuk apa saja sesuai kejelian atau kreativitas kita. Namun, menurut pandangan feng shui, ruang kosong itu tidak boleh difungsikan secara sembarangan.
Yang ditoleransi feng shui antara lain sebagai gudang karena gudang mengandung chi negatif. Misalnya untuk menyimpan sandal, sepatu, perlengkapan kebersihan, dan perlengkapan mandi.
Sangat tidak baik kalau ruangan bawah tangga dimanfaatkan untuk menempatkan altar, meja sembahyang, rak buku, uang, perhiasan, bar mini, dan makanan. Ini diibaratkan, setiap kali berjalan menaiki tangga, maka orang akan “menginjak-injak” benda tersebut. Diyakini, kondisi seperti ini akan menyebabkan nasib buruk pada seluruh penghuni rumah.
Selain itu, ruang bawah tangga dapat dimanfaatkan sebagai taman. Tanaman adalah bentuk kehidupan yang lebih rendah, sehingga melambangkan penyangga tangga. Ini dapat berfungsi untuk memperkuat hubungan antara penghuni di lantai bawah dengan penghuni di lantai atas.
Bila ruangan memungkinkan, dapat dibuat unsur air di bawahnya, seperti kamar mandi, kolam, dan air terjun. Karena air (bahasa Kanton shui) berarti kekayaan, maka diharapkan penghuni rumah dapat mengendalikan aliran harta.


No comments:

Post a Comment